Dalam paragraf terakhir tulisan saya sebelumnya yang berjudul “kenapa mahasiswa harus hemat?” saya udah janjiin artikel lanjutan biar lebih perfect gitu... Dan kali ini saya ingin tunaikan janji saya dalam postingan tersebut. Sedikit flashback apa yang saya tulis dalam artikel sebelumnya, bahwa masa depanlah yang menjadi penyebab utama kenapa seorang mahasiswa harus hidup hemat.
Sampai detik ini belum ada manusia atau alat yang ditemuin sama manusia yang bisa memprediksikan masa depan seseorang, karenanya masa depan selalu dan akan terus misterius.
Ketidak pastiaan masa depan menjadikan kita harus mempersiapkan segela sesuatu jika hal-hal terburuk terjadi. Dalam konteks kehidupan mahasiswa bentuk persiapan tersebut salah satunya lewat hidup hemat dan menabung.
Saya berharap lewat artikel sebelumnya akan lahir mahasiswa-mahasiswa yang memiliki budaya hidup hemat. Karena sesungguhnya hidup hemat yang dijalani seseorang imbasnya akan dirasakan oleh orang yang menjalani hidup hemat itu sendiri, bukan orang lain.
“So, apa yang akan ente tulis dalam postingan ini bung aci?” tanya seorang pria yang sedang berdiri diatas sebuah korsi goyang yang terbuat dari kayu meranti berusia 200 tahun, meranti tersebut diambil dari hutan Kalimantan. Anehnya kaki pria tersebut tidak sedikitpun menyentuh kursi.
Pertanyaan yang keren… Jika pada postingan sebelumnya saya mencoba memperkenalkan teori “mahasiswa harus hidup hemat” maka lewat artikel ini saya akan masuk kedalam pembahasan yang agak teknis. Saya sebut teknis karena berisi trik-trik yang akan mengupas cara agar kamu sukses jadi mahasiswa hemat.
Oke, are you ready? Lets make some voice first… Allahu Akbar, Allahu Akbar
Sedikit Prolog
Jadi biasanya biar saya dapat inspirasi untuk nulis sebelum membuat tulisan saya selalu tanyain kebeberapa orang terlebih dahulu, misalnya kayak saya tanyain ke Ruslan sama Nida tentang “dosen suka sama mahasiswa yang kayak gimana sih?” tujuannya biar memudahkan saya mendapatkan ide.
Nah, terkait tulisan ini saya juga tanyain keseseorang, kebetulan Maghrib kemarin yang saya tanyain adalah istri saya sendiri…
Saya: Sayang, gimana caranya biar mahasiswa bisa hidup hemat?
Istri: caranya ya jangan hidup boros.
Saya: terus biar mahasiswa gak boros gimana caranya, sayang?
Istri: ya dengan cara hidup hemat lah biiiiii
Saya: TERIMAKASIH SAYANG… I LOVE YOU
Ingat… Hemat itu Bukan Pelit
Sebelum saya kasih trik hidup hemat ada baiknya kamu pahami terlebih dahulu perbedaan antara pelit dan hemat. Sesungguhnya pelit dan hemat adalah 2 buah kata yang berasal dari puak yang berbeda, yang satu datang dari puak kanan yang satunya lagi dari kiri. Yang datang dari puak kanan adalah kata hemat, artinya hemat ini adalah sebuah kata berkonotasi positive.
Sedangkan yang datang dari puak kiri yaitu pelit. Pelit ini seyogyanya adalah sebuah sifat yang disarankan untuk tidak dimiliki oleh ummat manusia. Pelit adalah sifat tidak terpuji yang tidak disukai oleh manusia apalagi Allah.
Lantas apa bedanya hemat dengan pelit?
Case A: Pelit
Saat Si Sanu tengah makan siang tiba-tiba handphone nya bunyi, ternyata yang nelpon si TM. Sanu pun mengangkat telpon sohibnya itu. Inti dari percakapan tersebut adalah TM berniat meminjam uang kepada Sanu sebesar Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah) tanpa pikir panjang Si Sanu langsung nolak keinginan TM, alasannya si Sanu lagi gak ada uang.
Padahal sejujurnya si Sanu baru saja menerima sejumlah gaji dari tempat ia bekerja. Apa yang dilakukan oleh Sanu adalah satu bentuk sifat pelit. Ada duit tapi gak mau berbagi.
Case B: Hemat
Si Aci adalah seorang mahasiswa berprestasi alumni UIN Ar-Raniry. Suatu sore saat ia tengah duduk disebuah warung kopi, tiba-tiba dia dihampiri oleh Riza, juniornya dikampus. Riza terlihat sangat gundah, setelah ditanyakan oleh Aci perihal kegundahannya Riza mengaku membutuhkan uang sebesar Rp.200.000,- (dua ratus ribu rupiah) untuk melunasi cicilan smartphone nya yang udah jatuh tempo 5 jam yang lalu.
Paham kondisi juniornya yang tengah dikejar-kejar debt collector akhirnya Aci meminjamkan uang kepada si Riza sebesar Rp. 100.000,- berhubung saat itu uang yang ia miliki hanya Rp. 150.000,- sisa Rp.50.000,- untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Case B ini adalah salah satu contoh kasus yang mempraktekkan budaya hidup hemat. Tetap membantu orang lain tanpa memudharatkan diri sendiri.
GIMANA? KAMU UDAH DAPAT DIMANA BEDA ANTARA KEDUANYA KAN?
Lagi dan lagi. Bingung nyari gambarnya... Maafkan aku |
Cara Agar Bisa Hidup Hemat
Akhirnya tiba juga saatnya saya akan kasih tau gimana caranya biar mahasiswa bisa hidup hemat. Tapi sebelumnya saya sarankan kamu udah tau dulu berapa pemasukan dan pengeluaran kamu tiap bulan dan kemana saja biasanya kamu menghabiskan uang tersebut.
1. Bedain Antara “Kebutuhan” dan “Nafsu”
Kalau diliat-liat sih salah satu faktor penyebab seseorang –tidak terkecuali mahasiswa- gagal hidup hemat disebabkan oleh ketidak mampuan membedakan mana kebutuhan mana nafsu. Ini terbukti lho. Kalian pasti sering menemukan orang-orang seperti dalam contoh berikut…
Contoh 1 Saat ini Si Sanu udah punya sebuah smartphone merek Asus yang ia beli beberapa bulan yang lalu dengan harga Rp. 1.300.000,- tapi suatu sore saat doi lagi jalan-jalan ke pusat jual beli hp didaerah Peunayong perhatiannya dicuri oleh sebuah billboard gede diseberang jalan, billboard tersebut tengah memamerkan sebuah smartphonekeluaran terbaru merek oppo yang dibandrol dengan harga Rp. 1.600.000,- tidak pikir panjang semua saldo di rekening bank-nya dikuras abis biar bisa beli smartphone yang baru saja sukses mencuri perhatiannya.
See, secara kebutuhan si Sanu gak butuh beli smartphone tapi karena dia gak mampu nahan diri akhirnya dia beli lagi smartphone yang belum pasti dia butuhkan.
Boleh makan enak asalkan terjadwal |
Contoh 2
Tadi pagi sekitar jam 07.30 WIB sebelum berangkat ke Kampus si Sanu udah sarapan pagi dengan menu 2 piring nasi goreng plus telor mata sapi yang di goreng dadar. ketika dikampus si Sanu ini liat temannya si TM lagi makan lontong. Karena doi tergoda sama lontong yang lagi dimakan kawannya jadilah dia makan lagi pagi itu jam 08.30 WIB.
Padahal, secara logika Biologi nasi yang tadi pagi dia makan masih mampu membuatnya kenyang sampek jam 11.30 WIB. Tapi karena doi gak sanggup lawan nafsunya jadilah pagi itu dia makan 2 kali. Harusnya uang Rp.10.000,- untuk beli lontong bisa dia simpen untuk beli nasi ntar siang.
Gimana? Ngarti kan maksud nya? Ngerti lah, wong yang baca blog ini orang pinter semua. ^_^
2. Jadwalin Semua Kebutuhan Sampingan Kamu
Ngopi, kongkow adalah 2 hal yang sangat disenengin mahasiswa, tidak terkecuali oleh saya sendiri saat masih berstatus sebagai mahasiswa (bahkan sampek sekarang). Menurut saya hal tersebut wajar-wajar saja sih selama masih dalam batas yang wajar. Artinya, kalau ngopi atau kongkow liat-liat waktu lah, jangan sampek sepanjang hari isinya ngopiiiiii terus, ini gila namanya.
Ngopi, makan di warung, liburan ke water boom dan belanja di pasar loak akan menjadi batu sandungan bagi mahasiswa yang baru saja mendeklarasikan hidup hemat JIKA tidak dijadwal dengan baik.
Menjadwal waktu NGOPI akan memudahkan kamu mengatur pengeluaran. Misalnya waktu ngopi kamu dalam seminggu adalah 2 kali, yaitu sabtu dan minggu. Kalau ada yang ngajak ngopi diluar hari itu kamu harus nolak, dan sampaikan kepada yang ngajak bahwa jadwal kamu ngopi adalah hari Sabtu dan Minggu.
Biar tambah hemat kamu harus masak sendiri |
Jika sekali-kali kamu pengen MAKAN ENAK, jangan ditahan-tahan. Yang perlu kamu lakukan hanya menjadwalkanya. Misalnya, waktu makan enak kamu adalah setiap tanggal 5 dalam bulan berjalan, selain tanggal itu kamu akan masak sendiri dirumah.
Dalam kasus berbeda. BELI PULSA misalnya. Kamu juga harus bisa jadwalin dan ngatur dengan baik jatah pulsa kamu dalam seminggu. Misalnya dalam seminggu kamu hanya akan habiskan Rp. 10.000,- untuk beli pulsa, jika kuota itu sudah habis terpakai maka kamu harus komit gak akan isi pulsa lagi.
3. Sudah Saatnya Kamu Cari yang Terjangkau
Sadar atau gak terkadang saat kita sedang dalam keadaan berduit sering kali mengabaikan hal-hal seperti “nego” saat akan membeli suatu barang atau nyari toko yang harga barangnya lebih murah (walaupun cuman murah Rp. 5,-) dari toko lain. Tapi saat kamu memutuskan untuk hidup hemat maka “kebiasaan ibu-ibu” tersebut harus kamu lakukan kembali.
Tujuannya jelas, semakin terjangkau harga barang yang kita beli maka akan semakin banyak uang yang tersisa otomatis akan semakin banyak uang yang bisa kita tabung. Bukan begitu? Hahaha
Kayaknya itu beberapa trik hidup hemat versi saya, semoga bermanfaat. Jika kamu punya tips tambahan, silakan tinggalin komen-nya dikolom komentar ya.