Ceramah Ustadz Mursalin menarik perhatian jamaah yang hadir. Beliau mengajak jamaah untuk meneladani Rasulullah SAW dalam memakmurkan masjid. Masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan umat Islam. Di masjid, umat Islam dapat belajar ilmu agama, menjalin silaturahmi, dan melakukan berbagai kegiatan sosial lainnya.
Klik Link Ini Untuk Mendengar Ceramah Ustadz Mursalin Basyah, Lc, MA
Ustadz Mursalin juga mengingatkan jamaah tentang pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam. Dalam masa-masa awal hijrah, Rasulullah SAW berhasil mempersatukan umat Islam yang sebelumnya terpecah belah.
Ceramah Ustadz Mursalin disambut dengan antusias oleh jamaah. Banyak jamaah yang meneruskan diskusi dengan Ustadz Mursalin setelah ceramah hanya sekedar untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut tentang materi ceramah.
Acara ceramah ditutup dengan doa bersama dan dilanjutkan dengan kegiatan makan bubur asyura bersama.
Bubur Asyura
Bubur Asyura merupakan hidangan tradisional yang erat kaitannya dengan Hari Asyura, yaitu hari ke-10 bulan Muharram dalam kalender Islam. Di Indonesia, bubur ini memiliki makna dan tradisi yang unik, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari perayaan Hari Asyura di berbagai daerah.
Sejarah dan Makna
Sejarah Bubur Asyura terhubung dengan peristiwa Nabi Nuh dan banjir besar. Dipercaya bahwa Nabi Nuh dan pengikutnya membuat bubur dari sisa-sisa makanan yang mereka temukan di atas kapal setelah banjir surut. Bubur ini kemudian menjadi simbol rasa syukur atas keselamatan mereka.
Di Indonesia, Bubur Asyura memiliki makna yang lebih luas. Bubur yang terbuat dari campuran berbagai macam bahan ini melambangkan keanekaragaman dan persatuan umat Islam. Memasak dan membagikan bubur Asyura bersama-sama menjadi tradisi untuk mempererat tali persaudaraan dan saling berbagi berkah.
Bahan dan Cara Pembuatan
Bubur Asyura umumnya terbuat dari beras, kacang-kacangan, biji-bijian, dan buah-buahan kering. Bahan-bahan ini dapat bervariasi tergantung pada tradisi dan selera di setiap daerah. Bubur dimasak dengan santan dan gula merah, menghasilkan rasa manis dan gurih yang khas.
Proses pembuatan Bubur Asyura terbilang mudah. Pertama, semua bahan dicuci dan direbus hingga matang. Kemudian, bahan-bahan dicampur dan dimasak bersama santan dan gula merah hingga mengental. Bubur Asyura biasanya disajikan hangat dengan taburan kacang almond, kismis, dan kayu manis.
Tradisi Bubur Asyura di Indonesia
Di berbagai daerah di Indonesia, Bubur Asyura memiliki tradisi yang unik. Di beberapa daerah, bubur dimasak dalam jumlah besar dan dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Tradisi ini melambangkan semangat berbagi dan kepedulian terhadap sesama.
Di daerah lain, Bubur Asyura dinikmati bersama keluarga dan tetangga. Bubur ini menjadi hidangan penutup yang istimewa untuk memeriahkan Hari Asyura. Selain itu, terdapat tradisi menyantap Bubur Asyura dengan jumlah 10 butir, melambangkan 10 peristiwa penting dalam sejarah Islam.
Kesimpulan
Bubur Asyura bukan hanya hidangan lezat, tetapi juga memiliki makna dan tradisi yang mendalam bagi umat Islam di Indonesia. Tradisi ini menjadi pengingat akan sejarah Nabi Nuh, nilai-nilai persatuan dan berbagi, serta rasa syukur atas nikmat Allah SWT.